Cermin-Kugapai Nahkodaku Kembali

KUGAPAI  NAHKODAKU KEMBALI


Ilustrasi gambar,:koleksi pribadi

By : Essetyowatie


Pagi masih belum menggeliat. Jalan-jalan masih tampak sepi, rumah-rumah masih pada tutup pintunya. Hanya saja di ufuk timur cakrawala sudah semburat memerah. Seakan sudah tak sabar lagi bola raksasa itu akan menyembul menyambut pagi dan memberikan bias sinarnya para penduduk bumi.

Bagaikan matahari pagi, Ari pun sudah bersiap- siap untuk meninggalkan kampung halaman, tepatnya untuk meninggalkan kenangan yang pahit di perjalanan hidupnya. Beruntung sekali ia mempunyai seorang ibu yang hebat. Sosok yang tidak pernah langsung menyalahkan apabila terjadi suatu masalah. Namun, sosok yang bijaksana, selalu memandang setiap persoalan dari beberapa titik. 


Apakah ibunya Ari seorang yang berpendidikan tinggi?  Ataukah seorang yang  kaya?  Atau seorang yang pandai? Deretan pertanyaan itu tidak satu pun yang masuk untuk menjawab siapa sosok ibu Ari. Karena ibu Ari hanyalah seorang yang sederhana dengan pendidikan yang ditempuh  setara dengan Sekolah Menengah Pertama. Namun, ibunya Ari mampu dan mau belajar dari lingkungan yang dihadapi sehari-hari. Jadi, bila menemui permasalahan sesulit tingkat  dewa pun bisa diatasinya dengan bijak.


Segala persiapan sudah diteliti oleh Ari, dan semuanya sudah fix. Ari mengangkat tas ranselnya dan pandangnya diedarkan ke seluruh  kamarnya, terlintas lagi bayangan itu. ”Tidak semua sudah berlalu, aku harus bisa menerimanya dengan ikhlas.” Ari menarik napas panjang untuk menguatkan akal dan pikirannya. Ari teringat lagi nasihat ibunya, ”Hidup itu jadilah seperti matahari, kendati awan menghalangi untuk bersinar tetapi ia akan selalu berusaha untuk bersinar esok harinya.” Setelah mengusap kedua tangannya ke muka, Aris meninggalkan kamarnya, mencari ibunya , ternyata ibunya sudah berada di ruang tamu duduk bersama Ayahnya. 

Ari  menyalami Ibu,”Ari mau pamit,Bu!” Kemudian  beralih ke Ayahnya,” Ari pamit Ayah!”

Ibunya tersenyum memandangi Ari, senyum yang penuh makna, senyum yang memberi restu pada anaknya untuk menyongsong hidup yang lebih bermakna dan berguna.

“Berhati-hatilah, di rantau, Ari,” kata Ayahnya,   Ayah dan ibumu akan menjaga buah Cintamu. Dan satu lagi jangan lupa jati dirimu. Walaupun kamu mempunyai kesempatan untuk  berbuat bebas,seperti kata hatimu,  karena sudah sendiri kar2na kau telah merdeka, tetapi ingatlah jangan sampai melanggar aturan.”

“Baik, Ayah, Ari kan selalu mengingat siapa Ari yang sebenarnya, Ari adalah ayah dari Resti.”

**

Ojok online sudah siap di depan rumah Ari. Kembali  Ari sungkem pada Ibu dan Ayahnya. Dengan hangat kedua orang tuanya melepas kepergiannya. Ari melambaikan tangannya.  Bersama ojek online Ari meninggalkan rumahnya yang telah memberikan berjuta- juta kenangan.

“Terminal bus, Pak,” kata bang ojol memastikan.”

“Iya, tapi bisa pak, mampir ke makam dulu?”

“Yang benar saja Pak! Bapak  ini manusia kan?”  reaksi bang ojol dengan wajah yang penuh tanda tanya.

“Ya, manusia lah, memang apa ada tampang hantu di mukaku?” tanyanya dengan wajah yang bersungut.

“Ya enggak, Pak. Heran saja mau keterminal kok mampir ke kuburan dulu.”

Ari hanya tersenyum saja melihat reaksinya. Akhirnya ojek online menuju makam yang dimaksud. ”Bapaknya nunggu sebentar ya, aku mau masuk dulu.

“Iya,”  jawqb bang ojol, masih dengan tatapan yang kurang percaya

Ari mencari makam Ayu, sudah cukup lama Ari tudak menengok makam istrinya karena jiwanya terguncang akibat tidak bisa menerima kenyataan kalo istrinya sudah meninggal karena kecelakaan yang tragis telah mengantarkan Ayu,istrinya menuju surga.

Lama sekali di depan pusara itu Ari , berdoa semoga Ayu damai di sisi-Nya. Ari  berjanji pada dirinya sendiri akan berjuang melanjutkan hidup ini demi anak kita. Sejenak kisah masa lalunya kembali saat ia masih bisa merasakan madu bersama Ayu.

Tak terasa airmata Ari jatuh, tak bisa menahan luapan duka  hatinya. Namun setelah semuanya terlewati, duka dan bebannya selama ini  lewat  terlihat lepas dan siap untuk berjuang.

Gresik, 17  Februari 2022


 





Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang