Izinkan Aku Memilihmu
Izinka Aku memilihmu “Has, kamu yakin kan bahwa cinta itu tak pernah salah.” “Yakin saja karena cinta itu anugerah dan setiap orang berhak untuk mendapatkannya.’’ Mendengar itu senyum semringah terlukis pada raut wajah Sapto. Ia memandang Hastuti dengan tatapan yang lembut. Angannya kembali pada masa silam dimana mereka masih saling berbagi kasih. Baginya Hastuti adalah bidadarinya dan berharap akan menjadi ibu dari generasi penerusnya. Namun rupanya ada pihak ketiga yang memporak porandakan hubungan mereka hingga api menyala berkobar menjadi abu yang beterbangan. “Hai, Sap! Kenapa memandangiku dengan senyum begitu?” tanya Hastuti Sapto terkejut, pura-pura menyesap teh beraroma melati untuk menghilangkan rasa terkejutnya. “Aku hanya teringat kenangan kita saja. Apakah kamu masih mengingatnya?’’ “Oh, yang berlalu biarlah berlalu. Bukankah yang berlalu tidak bisa berulang, bukan?” “Benarkah yang berlalu biarlah berlalu!” “Apa yang membuatmu ragu dengan ...