Selalu Ada Jalan(Cerpen)
Selalu Ada Jalan Oleh:Essetyowatie "Mas, kamu tidak merasakan ada perilaku ganjil dari keluarga besarmu padaku," komentar Fani pada Ali, suaminya, saat memasuki halaman rumahnya. Meraka baru saja menghadiri pertemuan halal bi halal keluarga besar suaminya. Ali mengerutkan dahinya mencerna kata-kata Fani, istrinya, sambil mengingat peristiwa di rumah budenya tadi. "Kita turun dulu! Setelah itu bisa ngobrol sambil minum teh hangat. Lebih enak, bukan?" jawab Ali. "Hmm ... benar juga, baiklah," ucapku. Kami menurunkan buah tangan yang diberi oleh Bude kemudian bergegas masuk ke rumah meletakkan bingkisan itu di dapur. Kurebahkan tubuhku di sofa di ruang keluarga. Hatiku masih ngedumel mendengar sindiran mereka. Sebenarnya apa salahku, bila sampai saat ini Allah belum berkehendak untuk memberi aku momongan, aku bisa apa. Kembali terngiang kata Bude," Masa kamu kalah sama Mbak Rita, baru setahun udah mempunyi anak. Jangan -jangan kamu bermasalah...