Cerpen-Uniknya Cinta

 Uniknya Cinta





Penulis: EsSetyowatie

Martini menyisir rambutnya yang ikal, kemudian memperhatikan riasan di wajahnya dengan teliti. Ia tersenyum di depan cermin ,dalam hatinya, sempurna riasan di wajahku. Dilihat  kembali bajunya, sudah rapikah?

Martini melirik jam yang tergantung di dinding, masih menujukkan pukul 18.30. Ah...masih ada waktu sepuluh menit. Sore ini kekasih hatinya yang bernama Martono mau datang ke rumah dan mengajaknya jalan-jalan. 30 menit   bagi Martini terasa  lama. Menunggu sangat membosankan. 

Martini melangkah ke ruang tamu dan duduk di sofa menunggu 30 menit kedepan. Ia gelisah sekali, duduk, berdiri, mondar mandir sambil sesekali menengok kearah pintu. Dia tidak sadar kalau Mamaknya memperhatikan dari tadi.

"Mar, sini duduk ditemani Mamak! Jangan gelisah. Anak gadis tidak baik gelisah seperti itu. Mamak dulu juga pernah muda sepertimu," ucap mamaknya dengan lembut

"Iya Mamak," kata Martini sembari tersenyum malu dan melangkah mendekati mamaknya. 

"Mau pergi kemana?"tanya Mamaknya

"Jalan-jalan Mamak,  cari udara segar," jawab Martini walaupun, dalam hati Ia berkata, "mau beli cincin untuk lamaran." Tapi Martini tidak berani berterus terang pada mamaknya.

"Mar, kalau boleh mamak tanya, sejauh mana hubunganmu dengan Martono?"

"Kami berdua serius Mamak, dan Mas Martono dalam waktu dekat mau mengatakan tentang hubungan kami berdua pada kedua orang tuanya."

"Benar, Kamu sudah mantab? "

"Sudah, mamak! "

Mamaknya hanya tersenyum mendengar jawaban putrinya, dalam hatinya berkata, "sebenarnya Mamak kurang setuju. Bukan karena tidak menyukai orangnya, tapi  dari sisi kesehatan Martono."

"Mar, apa yang menyebabkan kamu jatuh hati pada Martono? Menurut mamak, pikirkanlah kembali keputusanmu. Apakah kamu tidak khawatir dengan kesehatan Martono?"

"Tidak tahu mamak, apa yang menyebabkan aku jatuh hati pada Mas Martono. Pertama kali melihatnya ,ya langsung senang gitu saja. Tanpa bisa memberi alasan. Mengenai kesehatan Mas Martono,  yang jantungnya lemah dan sakit paru -paru  Aku berpendapat  semua sakit ada obatnya. Aku tidak bisa memilih yang lain, hanya ada Mas Martono di hati saya Mamak."

Mamaknya mendengarkan perkataan Martini dengan seksama. pendirianmu kuat sekali, semoga kamu selalu dalam kebaikan. 

"Mamak,  mengerti  apa yang kamu katakan, karena kamu telah mencintainya. Dan cinta tidak bisa dipaksa namun, sesekali masukkan logika juga. Pikirkan sekali lagi nasehat Mamak ini."


***

Seseorang  sudah  berhenti dan memarkir kendaraan di luar pagar dan itu adalah Martono. Malam ini Martono memakai kaus putih membalut badannya dengan mengenakan celana jean hitam. Sebagai penghangat sebuah jaket kulid membalut badannya. Penampilan Martono malam itu sangat serasi dan senada dengan pakaian yang dipakai Martini.

Namun, wajah pucat Martono tidak dapat di sembunyikan apalagi badannya sedikit kurus. Bertolak belakang dengan Martini, Wajahnya segar apalagi dengan polesan lipstik yang natural menambah kecantikannya. 

Martono menyalami mamaknya Martini [Bu Martina] dengan santun. Sambutan santun diterima balik oleh Martono. Senyum mengembang dan terlihat ramah baik tamunya maupun tuan rumah.

"Silakan duduk dulu," ucap Bu Martina

"Terima kasih Bu."

Kemudian Martono duduk di ruang tamu. Mereka saling berinteraksi.

"Bu maksud kedatangan saya kali ini, Saya ingin mintab izin pada Ibu kalau saya akan menjadikan Martina sebagai istri saya. Sebagai bukti keseriusan saya saya akan memberikan cincin pada Martina untuk ikatan. Nanti 2 pekan lagi orang fua saya akan ke sini untuk melamar secara resmi," kata Martono

Kaget, itu reaksi pertama dari Martini maupun Mamaknya. Dan ini diluar prediksi Martini. Pasalnya informasi yang diberikan sebelumnya  hanya mau keluar membeli cincin. Saking kagetnya Martini sampai bengong  beberapa detik. Sedang bagi Bu Martina, ini sebuah kejutan yang luarbiasa. Sudah tidak ada waktu lagi untuk mempertimbangkan , karena jelas Martini akan menerimanya. 

"Baik,  Nak Martono, Saya menerima juga  tidak, menolak juga tidak, jadi masih perlu saya bicarakan dulu dengan keluarga besar. Dan mengenai cincin ini juga demikian, Saya sudah melihat keseriusan Nak Martono  tapi menurut ibu, cincinya tidak perlu sekarang. Nanti saja saat lamaran, ketika semuanya sudah jelas."

"Terima kasih  atas penerimaanya, saya sangat tersanjung sekali."

"Sama -sama Nak Martono. Ibu mau masuk dulu silahkan kalian mengobrol."

***

Martina tampak cantik dengan kebaya putih dan jarik sidomukti. Di luar tamu undangan yang akan menyaksikan akad nikah sudah siap. Kemudian Martono datang  di iringi keluarga besarnya duduk di kursi yang sudah disediakan. Dari sisi lain melangkahlah Martini dengan anggunnya, pandangan mereka bertemu dan saling melempar senyum.

Kemudian Martini duduk di samping wali nikahnya, segera prosesi ijab kabul terlaksana . Kini mereka sah menjadi suami istri.  

Semyum merekah dan wajah yang bahagia terlukis pada mempelai berdua saat keluarga besar memberi ucapan selamat. Tiba -tiba Martono batuk dan tubuhnya terhuyung jatuh. 

Kepanikan terjadi, Martini terkejut  dan berteriak" Mas Martono!" Beberapa kerabat segera mengangkat dan membaringkannya. Di beri aroma terapi untuk menyadarkan dari pingsan.Tiba- tiba bibirnya membiru

Kepanikan semakin terjadi.Dengan cekatan Martono dilarikan ke rumah sakit. Tetapi siapa yang tahu sampai kapan manusia masih punya  usia. Yang terjadi kemudian Martono mengembuskan napas terakhirnya. Meninggalkan seorang istri yang baru saja dinikahinya .mendengar berita suamimya meninggal Martini berteriak histeris .


Grsk,13022022

#MBO



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang