Prosa Liris, Diantara Batas Ada dan Tiada, Menjalani Takdir
Diantara Batas Ada dan Tiada
Gambar:dokumen pribadi
Oleh: Essetyowatie
Langit cakrawala membias warna abu-abu bergradasi merah keunguan memberikan nuansa sendu. Warna biru tipis- tipis menghambur di seluruh langit seakan menggambarkan nuansa duka yang kelabu. Sinar bulan memudar, putih, pucat pasi, namun, tetap membuka hati. Kumpulan galaksi bintang-bintang pun perlahan terlihat samar seiring waktu yang terus mematri pada diri.
Setiap detik waktu berlalu, meninggalkan renda kehidupan yang terpahat dalam hati sanubari dan melebur dalam diri. Mengalir ke aliran darahku dan menyatu dalam tarikan napas membuat relung rindu memanggilmu. Suara itu saling bersahutan dalam lingkaran awan yang menaungi kehidupan kita berdua. Di sanalah kita pernah mengukir batu-batu dan memasangnya di dinding-dinding rumahku dan aku hafal satu persatu menciptakan rasa khawatir.
Diantara dinding-dinding ada napas- napas tersimpan yang nantinya sebagai kenangan bila saatnya tiba.
"Kapan saat itu akan datang?" Kita tidak akan pernah tahu kapan terjadi, entah satu detik di depan atau bahkan puluhan hari yang masih akan membersamai kita. Sebuah misteri itu akan selalu menyelubungi setiap napas kita berdua, setiap waktu menghantui hingga suatu saat akan merebutnya secara paksa.
"Kalau benar terjadi, apa yang mesti kita lakukan?"
Sama halnya setiap ada awal pasti ada akhirnya, ada matahari terbit dan senja pun sudah datang mejemput untuk menyapa dan berlindung dipelukannya. Saat batas senja sudah datang menyapa, disitulah batas kehidupan akan berakhir dengan batasan waktu peristirahatan datang, bisa panjang atau juga masih diberi jeda waktu untuk bernapas.
" Akankah ketakutanku terjawab?" tanyaku padamu. Seperti sebuah teka teki, suatu senja yang indah namun, membawa duka. Napas yang biasa kita embuskan bersama tiba-tiba memelan dan berhenti berjalan menuju nirwana dan meninggalkan jejak tanpa kaki.
Gresik,7 Maret 2022
Menjalani Takdir
Oleh : Essetyowatie
Langkah kaki telah menuntunmu pada batas waktu yang kian memburu.
Sejenak kita bertemu dan beradu dalam bisikan rindu yang tak pernah berujung
Engkau bertanya,”Sejauh mana langkah kaki akan berhenti?” Senyummu hangat ketika jawabanku itu sampai ke daun telingamu lewat bisikanku
Kau yakin setiap langkah ini telah ada ketetaoannya seperti bunga yang akan mekar pada waktunya.
Ya memang begitu hakekat hidup adakah menjalani semua ketetapan sang Ilahi.
Gresik,07 Maret 2022
#MerajutAksarajilid3
#KelasPuisiAlfaCentauri
#HappyWriterClubJilid3
#TemaKematian
#Genrepuisiliris
#Day1
Comments
Post a Comment