Pelangi di Langit Malam

 Judul:Pelangi di Langit Malam

#Tema:Tujuan

#Ramadhanberkaryaday4

#AEpublishing

#EsSetyowatie--Romance

Bab 4

Menilik Kembali Tujuan

Bila di tengah perjalanan dirimu merasa lelah ataupun merasa ragu dengan jalan yang telah dirimu tempuh maka,  berhentilah sejenak, lalu  lihat dan renungkan kembali apa tujuan awalmu menempuh jalan itu. 

--Es Setyowatie --

Hati Arisanti terkesiap mendengar teriakan Pram, tergopoh-gopoh lari menuju  sumber suara.  Sampai di depan pintu kamar matanya terbelalak menyaksikan ada nyala api yang telah membakar sebagian  boneka Pikachu yang terletak di pojok kamar dekat kipas angin. Melihat semua itu Arisanti langsung lari mendekati Pram dan membawanya keluar kamar, ditaruhnya Pram di sofa kemudian berlari kearah saklar untuk mematikan aliran. Listrik. Kemudian di sambarnya keset di depan pintu kemudian dibasahi air terus dilemparkan kearah sumber api. Merasa belum yakin dengan yang dilihat, berlarilah untuk mengambil satu keset lagi yang sudah dibasahi air untuk  menutup sumber api. Alhamdulillah  sumber api sudah padam.

Setengah berlari Arisanti menuju sofa dimana Pram duduk, anak itu kelihatan ketakutan menyaksikan apa yang telah terjadi. Wqjahnya pucat, airmatanya mengalir. Tampak kecemasan tergambar di wajahnya. Arisanti langsung memeluk anaknya, dalam pelukanya  pram menangis tersedu-sedu,  dipererat dekapannya untuk menenangkan buah hatinya. Dibiarkan  lebih lama Pram menagis dalam pelukannya agar hatinya lebih tenang . Hati Arisanti bergemuruh airmatanya pun mengalir namun, sedapat mungkin di lawanlah kegelisahannya. Agar bisa setenang munkin menghadapi apa yang telah terjadi. Pikiran jernihnya masih berjalan, kalau tidak biasa melawan kecemasannya, bagaimana bisa menenengkan buah hatinya?  Arisanti menarik napas panjang sambil memeluk anaknya, kemudian  tangisan pram reda.Terdengar  lirih Isakan tangisnya seiring dengan   hatinya yang mulai terasa tenang. 

"Pram takut, buk," Arisanti mengelus kepala anaknya  berusaha menghiburnya


"Sudah, ada ibu di sini, jangan takut lagi apinya sudah padam. Ibu ambilkan air minum dulu ya!" kata Arisanti 

Pram di turunkan dari gendongannya. Si dudukan di atas sofa, kemudian Arisanti berjalan ke meja makan . Diambilnya gelas .Gelas itu di tuangi dengan air putih dari teko yang terletak di atas meja, di teguklah air itu dan debaran jantungnya menjadi berkurang, perasaansedikit tenang menjalari  pikirannya. Kemudian Ia mengambil air segelas lagi dan sepiring makanan untuk  Pram .

Arisanti mendekati pram di tangan kanan membawa piring dan di tangan kirinya  membawa gelas . 

"Ini ibu bawakan air minum dan makanan. Ayo minum dulu biar segar, terus dilanjutkan makan agar kenyang," kata Arisanti

Pram mengganggukan kepala tanda setuju.  Arisanti  menggeser duduknya  mendekati pram. Disuapi putranya dengan penuh kasih sayang.Pram pun merasa nyaman di dekat ibunya. Tanpa terasa akirnya makanan yang dipiring sudah habis. Hati Arisanti merasa lega melihat Pram anaknya sudah terlihat agak tenang

"Bu, Pram nanti ndak mau tidur lagi di kamarnya Pram. Pram, mau tidur di kamarnya ibu sama Ayah. Pram takut nanti ada api lagi," kata Pram

Arisanti mendengarkan permintaan Pram, sambil mengganggukan kepala. Membuat pram merasa senang.  Senyum yang manis diberikan Pram pada ibunya. 

"Boleh, tidurlah di kamarnya ibu, nanti ibu bacakan  buku cerita. Pilih sendiri apa dipilihkan ibu, buku ceritanya?"

"Pram mau pilih sendiri."

Kalau begitu ayo diambil buku cerimya di kamar Pram. 

"Pram tidak mau, pram takut." tangan mungil Pram memegangi dan menarik tangan ibunya.Itu  pertanda menolak untuk diajak masuk kamarnya. Dalam hati Arisanti  berkata, "Traumakah anaknya dengan peristiwa tadi?   Rasanya, rasa takut itu masih membayangi pikiran Pram. 

"Baik!, kalau begitu  Pram di sini dulu ya, Ibu ambilkan buku ceritanya."

Arisanti keluar dari kamar anaknya membawa beberapa buku cerita lalu diberikan ke Pram agar memilihnya.   Pram memilih buku cerita yang berjudul kisah kelinci dan kura kura. Dan buku itu diberikam pada ibunya ,dengan senyuman yang tulus Arisanti menerima buku pilihan Pram

"Apa yang menarik dari buku ini?" tanya Arisanti pada pram 

"Gambarnya lucu Bu, itu kelinci berlari cepat  sekali."

"Jadi Pram suka kalau bisa lari dengan cepat? "

"Iya, Bu."

 Arisanti memulai membaca buku ceritanya, Pram mendengarkan dengan seksama, terkadang bertanya hal hal yang lucu seputar buku yang dibaca. Lama -lama respon Pram mulai melemah dan tertidur di sofa. Di biarkan Pram tidur di sofa, kemudian diambilkan bantal diletakkan di samping Pram. Arisanti memandangi wajah putranya yang tertidur. Wajahnya terlihat tenang tidak ada warna ketakutan di wajahnya. Smoga ketakutan Pram tidak mengendap dalam pikirannyan. Setelah dirasa tidurnya Pram lelap Arisanti beranjak menuju kamar anaknya untuk memeriksa dan membersihkan bekas kebakaran itu. 

Mungkinkah konsleting listrik?  Tapi kalau konsleting listrik kenapa listriknya tidak padam? Justru Aku sendiri yang panik memadamkan listrik? Apa  penyebabnya sebenarnya?  Dari berbagai sudut Arisanti berpikir apa penyebabnya kebakaran 

Sejauh itu belum ditemukan titik terang.  Arisanti meneruskan bersih bersih dan pikirannya masih fokus pada penyebab kebakaran. Tanpa sengaja Ia menemukan serakan batang korek jes yang sudah basah ketindih keset basah. Ditemukan pula sisa batang korek yang terbakar. Arisanti heran ada korek api di kamar Pram.Darimana dan siapa yang membawa korek  tersebut? Akhirnya selesai juga merapikan bekas-bekas kebakaram tersebut. Kemudian Arisanti bergegas mandi untuk  menyegarkan badannya. 

 Arisanti membawa secangkir teh aroma melati  ke meja dekat sofa.  Dilihatnya Pram masih tertidur pulas. Arisanti duduk  di sofa sambil menikmati teh hangatnya,  perasaannya sedikit lebih tenang. Fokus pikirannya masih pada peristiwa itu. Bisa saja Ia kehilangan hartanya yang sangat berharga bila tidak segera bertindak.  Ada rasa bersalah sampai tidak mengetaui ada barang berbahaya di kamar anaknya. Tiba -tiba saja dalam pikiran Arisanti terlintas, Apa sebenarnya tujuan nya menikah? Apakah Ia ceroboh? Ia gelisah. Di cobanya menelpon suaminya, Hpnya tidak aktif. 
























Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang