Untaian Melati

 Untaian Melati




Oleh:Es setyowatie

Pucuk padi itu bergerak  gemulai seirama dengan embusan arah angin. Sementara rumpun bambu juga berderit bergesekan ditiup angin, menelorkan suara musik yang merdu. Daunnya melambai mengalirkan udara sejuk. Ada pohon mangga di ujung pematang sawah sebagai pembatas antara sawah dan jalan raya. Pohon mangga itu daunya rembayung hampir membentuk payung raksasa, berbuah lebat dan buahnya seperti diayun ketika angin melewatinya, sungguh sangat sejuk dan membuat adem meskipun saat itu terik matahari menyengat.

Pak Dirman beristirirahat di bawah rumpun pohon bambu menikmati semilir angin sambil memakan makanan yang di kirim oleh cucunya. Cucunya bernama Rima.Sering kali cucunya mengirim makanan sambil mengajak teman-teman sebayanya. Mereka suka bermain di sawah juga suka memetik mangga di ujung pematang sawah. Pohon mangga itu milik Pak Dirman yang di tanam sudah puluhan tahun.Bibitnya dibeperoleh dari keluarga temannya yang gugur di medan perang

Pak Dirman sendiri suka dengan anak -anak, diajaklah mereka makan bersama. Pak Dirman orangnya ramah,suka berbagi makanan, suka bercerita di waktu senggannya pada anak anak. Namun,terkadang anak-anak tidak mau makan bersama ,tetapi lebih suka memetik buah mangga kemudian di makan sama garam, atau juga membawa bumbu rujak dari rumah. Tentu sangat sedap makan rujak di pinggiran sawah.

Pak Dirman membiarkan mangga-mangga itu di petik anak-anak atau orang orang yang  bekerja di sawah.Atau mungkin orang yang sedang lewat kepingin buah mangga. Itu mengingatkan Pak Dirman pada zaman perang gerilya. Dimana saling bahu membahu agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Penduduk yang dilewati memberikan apa yang di punyai 

Akan tetapi pohon mangga tersebut seakan tak pernah habis buahnya. Setiap musim mangga buahnya mesti banyak. Saat panen mangga pun, tetangga kanan kiri atau orang yang berada disawah selalu mendapat bagian. Setelah semua kebagian dan masih ada sisa banyak baru di jual ke pasar.Begitulah Pak Dirman mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan mempunyai karakter yang baik, ]sehingga  banyak orang yang suka.Mulai dari anak-anak, remaja sampail orang tua. Hebatnya Pak Dirman bisa bergaul dengan semuanya dan bisa menempatkan diri pada tempat yang baik.

Siang itu anak -anak tidak bersedia makan bersama,memilih memetik mangga untuk dibuat rujak. Anak-anak membawa mangga yang baru dipetik,saat Pak Dirman selesai makan.Wajah gembira menghiasi raut muka anak-anak  dengan riang mengupas mangga.Ada juga yang menyiapkan bumbu  jadi siap untuk di makan sebagai saus rujak

"Wah, sepertinya segar sekali ya, makan rujak di cuaca panas begini?" sapa pak Dirman pada anak anak. 

"Iya,Kek," hampir serempak mereka menjawabnya.

Sebelum memakan rujaknya, anak-anak mengambilkan sepiring rujak untuk Kakek Dirman, begitulah anak anak memanggilnya.

"Kek ,ini  rujak untuk kakek," tangan Rima mengulurkan sepiring rujak pada kakeknya.

"Terima kasih,ya," Kata Pak Dirman yang dengan senang hati menerimanya.

Meskipun usianya sudah tidak muda lagi ,tetapi kakek Dirman masih suka makan rujak apalagi yang menyiapkan anak anak.Ada sebersit ketulusan hati anak-anak, ini yang membuat Pak Dirman menyukainya. "Tidak masalah makan rujak asal porsinya tidak berlebihan,Apa pun kalau berlebihan tidak baik,"kata Pak Dirman dalam hati

Saat menikmati rujak tiba tiba Rima bertanya, "Kek ,bisakah kakek bercerita lagi saat perang merebut kemerdekaan?.Teman -teman suka mendengar cerita kakek."

"Baik, kakek ceritakan ya!"

Saat itu tahun I944 ,Jepang masih berkuasa di tanah air, sedangkan para pemuda- pemudi indonesia sudah banyak yang terbuka pemikirannya untuk merdeka dari kekangan penjajah.Makanya semua elemen masyarakat bergerak untuk berjuang merebut kemerdekaan. Dipimpin oleh para tentara  Indonesia  berjuang melawan penjajah dengan siasat gerilya., Dalam peperangan itu tidak hanya para tentara yang berperang, di situ ada tenaga kesehatan yang pada zaman itu di sebut PMI, Palang Merah Indonesia


Ada juga rakyat biasa dengan segala profesi mengangkat senjata dengan satu tekad merdeka atau mati

Ada juga yang memasakan untuk para pejuang yang sedang perperang.Jangan bayangkan makanannya seenak sekarang.Pada zaman itu, apa pun yang bisa di pakai bahan makan, disajikan dan terkadang juga diberi  dari warga pemukiman, di mana para tentara itu beristirahat. Para penduduk yang dilewati dengan suka rela membantu apa yang di punyai untuk diberikan pada pejuang untuk  perjuangan.

Para Komandan tentara yang menyusun strategi untuk penyerangan.Kerja sama dan saling membahu antar masyarakat dan pejuang membuahkan hasil yang menyenangkan. Semua itu diberikan tanpa pamrih hanya satu tujuannya, Indonesia terbebas dari cengkeraman tangan penjajah. Sungguh mulia hati masyarakat   sebagai orang sipil dan tentara sebagai ujung tombak melawan penjajah. Perjalalan peperangan tidak mudah, seringkali  harus menembus hutan,persawahan ,ladang penduduk,menyeberang sungai namun, semua itu dilalui para pejuang dengan ikhlas. Pakaian yang dipakai pun seadanya untuk berjuang, hanya ada kode sendiri kalau itu pejuang atau bukan 

Anak anak memdengarkan ceritanya dengan antuasia.salah satu anak bertanya,"Kalau kehujanan, berteduhnya dimana,Kek saat perang?  Kalau lapar saat perang ,bagaiman makannya, Kek?"

Kakek tersenyum mendengar pertanyaan anak-anak.Kemudian membenarkan posisi duduknya sambil minum. 

"Kalau hujan, bila suasanya mengizinkan bisa berteduh di tempat seadanya,tetapi  saat suasana genting hujanpun akan diterebas tanpa mengenal takut,baju basah tidak diperdulikan,nyawa pun jadi taruhannya.Pernah saat suasana genting teman kakaek ,namanya Sersan  Zaini kena tembak dan terluka parah.saat itu sedang hujan gerimis, kakek menyelamatkan dengan memapahnya. Kakek membawa ke post PMI dengan mengendap endap menyembunyikan diri dari pengamatan musuh. Tentunya bisa dibayangkan, terluka disaat hujan mengenai tubuhnya. Dengan langkah  dipercepat akhirnya kakek sampai.Akan tetapi, takdir menenentukan lain,darah yang keluar terlampau banyak akhirnya sersan Zaini gugur. Kakek sangat sedih dan berduka namun, perjuangan tetap harus diteruskan.

Keinginan para pejuang sangat  kuat untuk membawa Indonesia merdeka. Jadi apapun rintangannya di hadapi dengan jiwa yang besar dan kesabaran yang tiada bertepi."

Kalau lapar selagi bisa ditahan ,mereka bertahan namun,bila tidak bisa ditahan ya makan seadanya, apa yang ada di sekitarnya. Beruntung  kalau masih ada yang membawa makanan yang diselipkan di kantong baju atau di mana pun yang bisa digunakan sebagai tempat."

"Wah, keren ya,Kek para pejuang itu,?"

"Ya ,sangat gagah ,berani dan apa tadi kata yang baru kau ucapkan?" tanya kakek balik bertanya.

"Keren, kek."

"Oh, ya! Itu bahasa anak sekarang macam- macam, kakek tidak mengenalinya.Kalau dulu para kejuang memperjuangkan  Indonesia agar  merdeka dengan segenap jiwa dan raga. Semangat yang membara. Kerja sama yang tanpa pamrih membuat perjuangan berhasil. Sekarang tugas kalian semua untuk mengisinya.".

Anak-anak antusias sekali mendengarkan cerita kakek,sesekali sambil menarik napas panjang,menandakan mereka memghayati cerita kakek. Kakek pun sesekali minum di sela sela bercerita.

"Karena zaman sudah merdeka,dan semua fasilitas tersedia kalian sebagai generasi muda calon penerus bangsa  harus lebih giat belajar untuk mengisi kemerdekaan.Kalau kalian malas, ingatlah perjuangan para pahlawan yang telah kakek ceritakan.Para pahlawan tetap semangat dalam kondisi sesulit apa pun."

"Iya, Kek," kata anak-anak.


Panas matahari semakin menyengat dibarengi dengan adzan luhur berkumandang.

"Anak -anak,Ayo pulang dulu hari sudah siang , waktunya mengerjakan salat dhuhur. Kakek akiri ceritanya dulu.Lepas salat magrib,setelah  mengaji nanti kakek bercerita lagi."

"Baik,kek."Tanpa dikomando anak-anak membantu meringkas perbekalan dan alat-alat pertanian yang di gunakan kakek. Kemudian bergegas meninggalkan sawah .

***

Senja telah datang menyambut malam, adzan ashar telah berkumandang satu jam yang lalu.Biasanya kakek Dirman sudah bangun melaksanakan salat ashar dan membersihkan halaman atau membenarkan apa yang terlihat kurang rapi di halaman

Namun, kali ini rumah kakek masih tertutup. Kakek memang tinggal sendirian di rumah, nenek sudah meninggal setahun yang lalu. Anak - anaknya sudah punya rumah sendiri dan tinggal diluar kota. Akan tetapi ada satu anaknya yang tinggal dekat rumah kakek ,yaitu Hana.Sebenarnya Hana ingin Ayahnya tinggal bersamanya, tetapi Pak Dirman inginya bertempat tinggal di rumah sendiri. Hana mengalah dengan sering mengunjungi ayahnya


Karena keganjilan itu Hana bergegas memghampiri rumah Ayahnya. Diketuk pintunya namun tidak ada jawaban,Hana mencoba memutar lewat samping ,barangkali kakek ada di halaman belakang.Ternyata hasilnya nihil, kakek tidak ditemukan di sana. Halaman belakang pun lenggang."Kemana kakek, ya?  pikir Hana dalam hati

Akhirnya Hana berinisiatip masuk rumah,lewat pintu belakang yang tidak dikunci, dipanggilah Ayahnya namun, tetap saja tidak ada jawaban. Sepi dan lenggang.Hana melihat sandal kakek di tempat salat yang terletak di dalam rumah tersebut.Bergegas Hana menuju ketempat salat dan didapati Ayahnya dalam kondisi sujud 

Hati Hana tersenyum karena Ayahnya sedang salat,pantas saja tidak menyahut saat di panggil. Hana duduk di kursi ruang tamu dan membuka pintu depan.Rumah itu tidak banyak perubahan semenjak dulu sampai sekarang. Namun, semuanya  tertata rapi dan bersih. Setengah jam Hana menungui Ayahnya namun juga belum keluar dari ruang salat. Kaki Hana mencoba melangkah mendekat ,didapati ayahnya dalam posisi tidur. Perasaan Hana tidak enak ,kemudian dibangunkan, tetapi tak juga merespon. setelah dilihat dengan.seksama, diperiksa  nadinya ternyata ayahnya sudah tak ada. 


"Ayah.....teriak Hana.Suranya menggema menuhi  rumah....derai air mata membasahi pipinya.Teriakannya mengundang beberapa tetangganya yang mendengar, dan baru diketaui bahwa kakek telah tiada innalilahi wainnailaihu roji'un.

Kakek, meninggalkan kenangan yang baik  dilingkungan tpat tinngalnya.Sedangkan  anak-anak telah kehilangna sosok kakek Dirman yang senantiasa  berbagi cerita yang menginspirasi.Dalam kesedihan ini anak-anak selalu mengingat pesannya Pak Dirman bahwa tidak boleh malas ,harus selaku giat dan fokus dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang di kerjakan.

  Hebatnya anak anak ini setelah di tinggal Pak, Dirman masih mengingat pesan-pesan Pak dirman dan berusaha melakukan pesan tersebut, sehingga mereka menjadi generasi yang berguna dan bisa meneruskan cita cita  Kakek Dirman. Mereka juga mengenang jasa- jasa nya  yang sangat harum seharum rangkain melati


Kotadamai, 















 


Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Niche Blog Sangat Perlu?

ODOP BLOGGER SQUAD

Review Tempat Wisata Santerra De Laponte