CERMIS_Gadis Berpayung Hitam

 Gadis Berpayung Hitam



Penulis: Endang Setyowatie


Gerimis telah menyapa senja sehingga semburat jingganya tenggelam. Senja tak lagi indah  bahkan terlihat serem karena diwarnai gerimis yang terus membasahi hamparan bumi. Mendung pun semakin menampakkan warna kelam karena sebentar lagi akan memeluk malam. Biasanya menjelang magrib kalau gerimis lampu jalan sudah dinyalakan namun, akibat lampu mayi maka situasinya tambah gelap. Lengkap sudah kesunyian sore ini karena listrik padam.


Apa yang harus aku lakukan? Seminggu yang lalu keluargaku baru pindah ke rumah ini. Sekarang posisi lagi di rumah sendiri mencoba mencari secercah cahaya saat listtik padam melalui lilin yang akan kunyalakan. Aku berputar-putar di dapur  untuk menemukan lilin tetapi hasilnya nol besar. Aku ingat betul lilin itu kusimpan dalam laci lemari yang terletak di dapur.  Bayangan kegelapan telah mendominasiku sehingga membuat  aku keluar dari zona nyaman demi seberkas cahaya. 


Sunyi,  langkahku menuju toko yang jaraknya hanya dua gang dari kediamanku. Udara semakin dingin aku percepat melangkah agar segera mendapatkan cahaya terang. Entahlah tiba-tiba rasanya udara bertambah dingin saja dan aku merasa langkahku semakin berat dan tiba-tiba seorang gadis berpayung hitam sudah ada di depanku. 


Gadis itu seperti punya magnet, aku terus mengikutinya tanpa ragu. Ia berjalan lurus aku pun mengikutinya. Hingga tiba-tiba aku kaget seorang anak kecil menarik tanganku memberi isyarat untuk berhenti. Namun, langkahku tak mau berhenti hingga anak kecil itu jatuh tersungkur di lumpur.


Hatiku seakan mati, tidak menghiraukan anak kecil menangis, aku justru ngomong dengan nada  tinggi. Sekilas aku kaget melihat diriku dalam kondisi perasaan telah mati kepekaanku telah pergi  aku justru tertawa saat melihat anak kecil menangis karena jatuh. Astagfirullah! kenapa anak kecil ini menangis. Kenapa aku menertawakan? Aku benar-benar benar bingung. Sedangkan jalan di depanku tampak indah,  Ada sebuah jembatan yang panjang kanan kiri ada lampunya. 


Tiba -tiba  aku   terperanjat seorang ibu menarik tanganku sambil berteriak, “berhenti Bu!

Aku terkesiap, tiba tiba jembatan yang kulihat tadi lenyap karena didepanku ternyata sebuah sepeda ngai alam yang sangat dalam ditumbuhi oleh pohon pobon besar. Dan sangat tidak masuk akal aku bisa sampai sini. Aku ngeri membayangkan ,seandainya terjadi aku oasti sudah kecebur sungai. 

“Terima. Kasih, Bu, “ kataku oada ibu yang telah menolongku.

Kata ibu tadi, gadis berpayung hitam itu adalah hantu bergenyayangan suka meneror 

Aku bergidik ngeri 

Gersik, 12 -12-2022


#NBO







Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang