Takdir ~Cerpen
Takdir
Oleh:Endang Setyowati
Hidup itu sebuah pilihan, aku bisa menentukan mau jadi apa dan sejauh mana aku menguasahakannya insyaAllah akan terwujud,dan menjadi seorang perempuan itu bukan pilihan. Sudah kehendak yang MahaKuasa. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini bisa memilih terlahir sebagai perempuan atau sebagai laki-laki serta tidak bisa pula memilih orang tua mana atau seorang ibu mana yang akan melahirkan aku. Aku tahunya beres saja, lahir dari seorang ibu kemudian dididik dan dirawat menjadi orang-orang yang berguna.Bila terlahir perempuan akhirnya akan menjadi seorang ibu begitu juga sebaliknya bila terlahir laki laki kelak akan menjadi seorang ayah.
Menjadi seorang ibu adalah ketentuan dari Ilahi dan menjalaninya adalah kewajiban yang harus di lakukan dengan segenap tanggung jawab serta memberikannya dengan kasih sayang pada anak-anaknya. Seperti halnya Tya kini sudah menjadi seorang ibu dengan dua anak yang bernama Tio dan Randy, usiannya masih di bawah lima tahun. Anak pertama duduk di Taman Kanak-Kanak level A sedangkan adiknya masih bayi berumur satu bulan. Tya seorang ibu yang mengasuh sendiri anak -anaknya tanpa bantuan asisten rumah tangga, beruntung suaminya yang bernama Karno bisa membantunya sebelum berangkat kerja. Itu semua dilakukan Tya demi menghemat pengeluaran rumah tangga. Tya menyadari dengan lahirnya anak kedua pengeluaran pasti akan bertambah, makanya Ia berusaha berhemat semaksimal mungkin, pekerjaan yang bisa dikerjakan sendiri di coba untuk dikerjakannya.
Rutinitas setiap pagi mengantar anaknya kesekolah sambil mengendong si kecil, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga manakala anak -anaknya masih tertidur lelap, itu berarti Tya harus bangun lebih pagi sebelum adzan subuh, semua berjalan dengan lancar karena kerjasama yang kompak. Tya merasakan bahagia dengan keadaannya ,meskipun ekonominya tidak berlebih tapi bisa diatur dengan baik sehingga kebutuhan untuk keluarga bisa tercukupi.Tumbuh kembang buah hatinya juga berjalan normal itu yang membuat Tya merasa bahagia dan hidupnya terasa lengkap.
Kini anak-anak sudah tambah besar dan sudah mulai sekolah semua. Anak -anak sudah mulai mandiri karena Tya mengajarinya sejak dini, yang dikerjakan Tya sekarang adalah setiap hari mengantarkan kesekolah dan mendampinginya belajar dirumah, kedekatannya sangat baik dengan anak -anaknya.
Suatu sore saat santai bersama di ruang keluarga sambil menikmati kue buatan Tya. Siang tadi, Tya mencoba resep baru tentang membuat kue, saat anak -anak masih belum pulang sekolah.
"Bu, kue sangat enak" kata suaminya
"Ia Bu, sangat enak." Tio dan Randy memujinya juga
"Terima kasih pujiannya." Tya sambil merangkul anak-anaknya.
Tya tersenyum bahagia mendapat apresiasi dari anak dan suaminya. padahal ia tidak pernah kursus membuat kue, hanya saja neneknya sangat pandai membuat kue waktu itu Tya kecil sering membantu neneknya membuat kue.
"Bun, bolehkah kuenya untuk bekal kesekolah ? Siapa tahu nanti teman -teman di sekolah pada suka. "
"Tentu saja boleh sayang"
Kembali hati Tya merasa senang atas permintaan anaknya. Rasanya hidup sangat berguna sekali, ini membuat Tya semakin menyanyangi anak -anaknya. Demikian juga imbal baliknya, anak-anak tambah sayang dengan ibunya.
Siang itu Tya sedang masak untuk menyiapkan makan siang, sedang anak anak masih di sekolah sehingga rumah kelihatan lenggang. Karena itu, bila ada suara sangat jelas terdengar, Tya mendengar pagar depan dibuka dan langkah kaki memasuki halaman, Bergegas Tya mengayunkan kakinya menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang datang, karena langsung membuka pintu pagar tanpa mengucapkan permisi atau salam terlebih dulu. Belum sempat membuka pintu terdengar suara
"Assalamualaikum!"
Lha itu suara suamiku, ada apa jam segini sudah pulang ?.Tya bertanya pada dirinya sendiri dan segera menjawab salamnya sambil membuka pintu
"Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh !"
Setelah melepas sepatu, suamiku langsung masuk kerumah dan meletakkan tasnya di kursi kemudian duduk santai di kursi tersebut. Aku duduk sebentar menemaninya
"Kuambilkan minum dulu," Tya berdiri menuju dapur
Tidak butuh waktu lamaTya sudah kembali keruang tamu sambil membawa dua gelas jus melon dan meletakkannya di meja.
"Ayo Mas seno ,minum dulu jusnya,! kata Tya
Mas seno megambil jus dan meminumnya, akupun mengikutinya
"Seger sekali Jusnya," kata Mas Karno sambil merapat kepadaku
Ada apa ini, tidak biasanya Mas seno pulang siang hari dan kebiasaannya kalu pulang langsung menuju ruang keluarga ,tapi kali ini duduk di ruang tamu. Sepertinya ada hal serius yang akan dibicarakan. Hatiku berdebar- debar penuh tanda tanya.. Tapi aku uasakan tetap tenang dan Menunggu Mas seno bicara tentu saja aku menunggunya dengan raut muka yang manis dan tersenyum padanya. Akirnya Mas seno bicara juga
"Tya, aku tadi dipanggil direktur perusahaan , inti dari pemanggilan itu aku dapat tugas belajar keluar negeri selama dua tahun tempatnya di Jerman.Dari empat calon yang lolos hanya aku. Semua biaya di tanggung perusahaan tapi gaji yang kuterima dipotong sepertiga, kamu nanti hanya menerima tiga perempat selama aku study di Jerman. Yang jadi permasalahannya apakah uang yang ada nanti bisa mencukupi untuk biaya hidup sehari -hari plus biaya sekolah anak -anak. Aku hanya punya waktu tiga hari di rumah.....Kalau sekarang senin, berarti kamis aku berangkat. Hatiku sangat berat untuk meninggalkan anak-anak juga dirimu Tya? Hatiku gelisah. Bagaimana menurut pendapatmu? "
Tya mendengarkan suaminya bicara dengan serius, kemudian Tya menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya agar bisa memberi dukungan dan jalan keluar yang ada di depan mata dan butuh penyelesaian..
"Selamat ya Mas seno! prestasi dan kepercayaan yang telah di berikan ke padamu.
Aku sangat bersyukur, senang , bahagia dan bangga menerima kabar ini.ini kesempatan emas yang harus diambil, aku dukung sepenuhnya.Masalah finansial, aku siap meskipun hanya dapat tiga perempat gaji, Yang penting memberi pengertian pada anak anak yang agak berat, mengingat anak anak tidak pernah jauh dari ayahnya.."
"Dengan apa kamu akan. Menutupi kekurangan finansial yang ada? karena aku yakin pasti nanti akan kurang."
Mas seno memegang tanganku, dan menatapku dengan penuh kekuatiran. Tangannya semakin erat memegangku seperti berat untuk meninggalkanku. Sejujurnya aku juga merasakan hal yang demikian. Sejuta perasaan campur aduk senang sedih berkumpul jadi satu.
"Mas seno, aku punya tabungan berupa uang dan perhiasan, nanti itu bisa dipakai bila ada kekuranan , aku juga akan membuat kue, Bukankah kue buatanku enak? juga akan membuka jasa menjahit sebuah ketrampilan yang dulu pernah aku pelajari dari tempat kerjaku, pimpinanku berpesan kalau sewaktu waktu butuh pekerjaan dipersilakan gabung lagi. namun aku ngak tega ninggal anak- anak Aku mau mencoba bekerja dari rumah dengan usaha kecil dulu. "
"Tidak mudah untuk memulai sebuah bisnis, butuh keuletan, kamu akan jatuh bangun memulainya dan menjalaninya"
"Aku siap Mas seno. Melakukan apa saja untuk keluarga ini"
"Kita saling mengatuatkan dan mendukung. "
Hari Kamis pagi, kami berempat berangkat ke bandara Juanda untuk mengantar suami berangkat ke Jerman..Anak- anak sudah izin datang sekolah terlambat karena mau mengantar Ayahnya. Beruntung banget gurunya bisa mengerti dan memberi izin pada anak -anakku. Kami masih bercanda di ruang tunggu sambil menunggu keberangkatan pesawat..Tepat jam 8.30WIB pesawat meninggalkan bandara..Kemudian kuantar anak anak menuju sekiolahnya.
Perjuanganku kini kumulai setelah tugas rumah tangga selesai termasuk mengantar anak anak, aku mulai membuat kue kue. kemudian kucoba menitipkan ke warung warung maupun kekantin sekolah dimana anakku belajar. Aku juga tawarkan keteman teman. Kenyataan tidak semudah yang kubayangkan. Untuk menitipkan kue tidak semua warung mau menerima ada saja alasannya, ada yang mengatakan tidak ada tempatnya, harga terlalu tinggi, dan lain-lain.Intinya penawaran ditolak. Begitu juga dengan menawarkan pada teman teman, tidak semuanya mau membeli.Akupun menyadarinya yang kutawarkan berjenis makanan ringan jadi tidak semuanya membutuhkan. Yang menerima dengan baik tanpa alasan hanya di kantin sekolah anakku. Bagiku itu suatu anugerah dan memacu semangat untuk terus bekerja untuk mendapat uang tambahan sedikit sudah sangat berarti.
Semangatku rupanya oeerlu dipacu terus, dsen tak boleh menyerah, ada saja persoalan yang mesti kuhadapi dengan lapang dada dan sabar. Pernah suatu hari ada yang pesan kue lumayan banyak 100 biji sudah kubuatkan ternyata setelah jadi Ia membatalkan secara sepihak, denga alasan yang macam macam, dan parahnya dia juga tidak minta maaf, oh... kesabaranku di uji lagi akhirnya ideku muncul, kutawarkan keteman teman dekat dan media sosial yang ku punyai. Alhamdulilah laku 70 dan sisanya kubagikan ketetangga dan di makan sendiri
Pernah juga tiba -tiba di tolak oleh toko yang biasa menerima kue buatanku ,sudah menolak malah mencela kue buatanku, menurut nya harganya mahal dan kemasan semakin diperkecil, padahal aku selalu memegang komitmen bahwa aku tidak akan mengurangi rasa maupun berat yang sudah kutetapkan untuk menjaga kualitas. Setelah kupelajari dan mencari informasi ternyata ada yang menelikungku dengan harga di bawah standart umum. tetapi menjual ke konsumen dengan harga normal, kesabaranku di uji lagi
Sekarang memang saatnya tirakat aku harus memgurangi kebutihan sekunder dan memgatur keuangan dengan hati -hati, agar kebutuhan anak anak dan biaya sekolah tidak terbengkalai. Bagiku kebutuhan anak yang nomor satu,sedangkan kebutuhanku sendiri nomor yang keseratus. Membeli baju aku pangkas,apalagi membeli perniasan tidak kulakukan, malah pernah menjualnya untuk menutup kebutuhan sekolah waktu anak masuk Sekolah Menengah Pertama.
Aku jadi teringat pada almarhum ibuku waktu masih membiayai sekolah putra putrinya. Ibu selalu berpenampilan sederhana tidak memakai perhiasan karena saat itu ibu menjualnya untuk mencukupi biaya sekolah. Ibuku tidak pernah mengeluh sedikitpun dengan kesederhanaan yang ada. Namun pengorbanan ibu terbayar dengan kesuksesan putra putrinya
Aku tidak patah semangat dan terus berupaya , anak anak menjadi semangatku dan aku bersyukur anak anak bisa memahami kondisi ibu dan ayahnya..Doaku tak pernah berhenti untuk kesuksesan anak anak dan suamiku semoga selalu diberi kemudahan dan kelancaran baik aku yang ada di tanah air maupun suami yang ada di negeri orang.
Jatuh bangun aku berjuang mencukupi kebutuhan keluarga sampai kebutuhanku sem ndiri tak kuperdulikan kecuali yang utama saja. Disela kesibukanku aku tetap memperhatikan anak-anak dengan tulus dan ikhlas kasih ibu itu tulus hanya mengharapkan yang terbaik untuk putra putrinya dan keluarga.
Hampir dua tahun sudah aku membesarkan anak anak seorang diri dan juga mencari tambahan perokonomian, betapa lelahnya badanini, namun kelelahanitu itu sirna seketika bila memandang polosnya wajah anak anaku waktu tidur ,semangatku seolah kembali tumbuh ,tidak mengenal lelah.Dan lelahku benar benar terobati oleh sayangnya anak anak pada ibunya. Inikah takdir seorang ibu?
Dan aku bahagia sekali malam ini merima kabar dari suami bahwa minggu depan studynya sudah selesai akan segera kembali. Kami bertiga sibuk menbuatkan kue tart yang spesial untuk menyambit kedatangan orang yang spesial. Ya, aku selalu mengajari anak anaku dengan pekerjaan rumah tangga baik anak laki maupun peremuluan agar nantinya tidak canggung dalam kehidupan.
Comments
Post a Comment